Ahemm…
Di tulisan ini saya ingin bercerita tentang seorang gadis yang saya sukai. Iya benar, saya menyukai seorang gadis. Buat anda pembaca yang mengira saya perempuan karena nama pena yang saya pakai, kenalkan sekali lagi kalau saya sebenarnya laki-laki. 100% laki-laki. Ga ada unsur perempuan-perempuannya sama sekali.
Dulu ketika awal pakai nama pena ini dan sering dipanggil ‘mbak’ di internet, saya selalu koreksi. Tapi karena semakin sering yang manggil ‘mbak’, ya sudah, saya biarkan saja, capek koreksinya. Bisa buat refreshing juga setelah bosen dipanggil ‘mas’ di dunia nyata. Haha…
Lagi pula dari nama pena saya, bagian mana yang seperti nama perempuan? Karena ‘Haidar’ sendiri adalah nama laki-laki. Nama laki-laki banget malah. Bisa bermakna pemberani, dalam Bahasa Arab bermakna juga ‘singa’. Iya sih ada singa yang betina, tapi nama ‘Haidar’ sendiri adalah nama khusus untuk laki-laki. Aneh jika ada manusia perempuan bernama haidar.
Apa dari kata ‘Almajasari’ yang terlihat seperti perempuan? Ada ‘alma’ dan ‘sari’, begitu ya? Bisa jadi. Kata almajasari sendiri berasal dari nama tempat saya lahir dan besar, yaitu Mojosari, sebuah kota kecamatan kecil di Kabupaten Mojokerto Jawa Timur. Almajasari adalah penisbatan pada nama kota ini. Seperti nama Al-Bukhari, itu adalah penisbatan pada kota Bukhara. Ada juga Al-Qurthubi yang itu juga penisbatan pada kota Qurthuba alias Cordova, tempat asal Imam Al Qurthubi. Dan ada banyak lagi nama orang yang merupakan nisbat pada tempat asal maupun tempat tinggalnya. Jadi, Al-Majasari adalah nisbat ke kota Mojosari dan bukan nama perempuan. Ok?
Mengenai sang gadis yang saya sukai, dia adalah … … nggg, yak, ok, kita ganti topik saja. Terlalu personal rasanya. (*saya tidak ingin membuat si ‘dia’ yang kadang diam-diam membaca blog ini memerah pipinya, haha, apa sih)
Ngomong-ngomong tentang suka, di platform WordPress ini menyediakan fitur ‘suka’ yang fungsinya untuk menyatakan bahwa anda menyukai sebuah post (ya iya lah… -_-).
Notifikasi suka ini sendiri sudah saya matikan. Jadi jika ada yang menekan suka di tulisan yang saya tulis, saya tidak akan tahu, tidak akan ada notifikasi. Sebagai seorang penulis blog yang egois, saya memang memutuskan untuk menulis apa yang saya ingin tulis, bukan apa yang pembaca suka. Makanya, saya tidak ingin tahu apakah tulisan saya banyak yang suka atau tidak. Supaya tidak terpengaruh oleh jumlah suka-nya, maka saya matikanlah notifikasinya.
Di tampilan utama blog ini, fitur suka-nya juga dalam keadaan disable. Tidak akan terlihat berapa orang yang suka sebuah tulisan. Tapi jumlah suka-nya masih bisa terlihat jika dibuka melalui wordpress reader. Dan saya sangat jarang atau malah hampir tidak pernah mengecek berapa jumlah suka di sebuah tulisan. Saya terlalu egois untuk peduli. Yang sangat saya pedulikan adalah komentar-komentar anda pembaca. Karena tulisan yang sering saya buat adalah tulisan yang ‘ngajak mikir’ maka komentar anda setelah membaca tulisan itu adalah suatu feedback yang sangat berharga untuk mengetahui apakah yang ingin saya sampaikan itu tersampaikan dengan baik ataukah tidak.
Sebagaimana saya yang tidak terlalu peduli dengan jumlah suka di tulisan saya, saya juga termasuk orang yang jarang memberikan ‘suka’ pada tulisan di blog-blog yang saya ikuti. Saya tahu ada orang-orang yang selalu rajin memberika suka pada blog-blog yang mereka ikuti. Entah itu benar suka ataukah sekadar menekan suka ataukah sekadar hanya agar di-notice oleh pemilik blog. Atau bisa juga karena sedang pdkt pada pemilik blog yang cantik dan masih single, haha
Apapun motivasi mereka menekan suka pada sebuah tulisan blog, silahkan-silahkan saja. Pihak wordpress sendiri sepertinya tidak melarang, asalkan tidak menggunakan bot untuk melakukan spam suka. Silahkan tekan tombol suka sesuka hati anda apapun motivasinya.
Tapi saya beda. Saya ingin menggunakan fitur suka ini sebagaimana dia dirancang, ‘untuk menyatakan suka’. Jadilah saya jarang memberikan suka. Karena setiap suka yang saya berikan adalah sebuah suka yang tulus, sebuah suka yang genuine, yang membawa pesan jujur bahwa saya menyukai post anda. Meskipun jarang memberikan suka, sebenarnya saya cukup fleksibel, saya bisa memberikan suka karena memang suka dengan gaya menulisnya, suka dengan ide yang dibawakan, suka dengan judulnya, suka dengan gambarnya, atau suka pada bagian intronya atau outronya. Sangat fleksibel.
Jadi, ketika anda menemukan gambar avatar saya di deretan blogger yang menyukai tulisan anda, maka ketahuilah bahwa itu adalah sebuah suka yang tulus, yang dengan jujur mewakili perasaan saya dalam mengatakan ‘Saya suka’.
Mojosari, 21 Juli 2018,
di tengah siang yang terang,
/ Twitter / Instagram /
Saya perempuan dan nama saya haidar hahaha
LikeLike
selamat, nama anda nama laki-laki
LikeLike
Pernah nemu (sekali) Haidar jadi nama perempuan. Tapi mungkin sangat jarang, ya.
Tapi jujur masalah gender saya biasanya kepo blognya dulu kalau pertama kali mau komentar. (Disini saya juga kepoin tulisan sampean seingatku . #maap Mas 😀)Takut salah manggil.
😀
LikeLiked by 2 people
Sebenernya setelah saya lihat2 lagi nama haidar cukup banyak juga dipakai perempuan ternyata meskipun itu nama khusus laki2. Buat yg paham bahasa & nama mungkin jadi aneh. Feelnya seperti seorang laki2 pakai nama wati. Aneh. Tapi kadang ada orang tua yg memang sengaja aneh2.
—
daripada repot kepo dulu, mending kalau ada orang yang ga yakin gendernya apa panggil saja ‘kisanak’ haha
LikeLiked by 2 people
Iya tentunya, buat yang paham bahasa akan terdengar aneh.
hahaha, kisanak boleh juga. jadi mengurangi tenaga buat kepo ya.
LikeLike
Kalo saya dari banyuwangi, bisa kali ya dibikin albanjawi 😁
LikeLiked by 2 people
wah baru pertama dengar
LikeLike
Wkwkwk
Gimana sih
Ahaidar kok dipanggil mbak
LikeLiked by 1 person
mungkin karena wajahnya cute, wkwk
LikeLike
Saya juga nampaknya adalah salah satu orang yang mengira pemilik Blog ini perempuan. Tapi, karena ragu mau memanggil ‘mas’ atau ‘mbak’, jadi saya gunakan kata ‘Kak’ saja. Netral.
Tulisan yang menarik, Kak. Setuju, kita punya alasan sendiri mengapa kita memberi ‘suka’ pada sebuah tulisan atau postingan.
LikeLiked by 1 person
iya, dek (sok tua)
LikeLiked by 1 person
Wah ketipu juga kirain ini milik mbak-mbak hehee ingat Aaliya Ghulam Haider soale 😂
LikeLiked by 1 person
ghulam haider itu nama bapaknya mungkin, dicomot sama dia
LikeLike
Aku juga dulu mikir perempuan. Eh pas lihat komen2 tulisannya ternyata cowok ya.
Klo “like” kadang ngelike biar di-like balik atau malah follow blog saya.haha.
*motivasi terselubung.
Tapi ya lebih sering karena saya memang suka tulisannya sih.. Termasuk tulisan kamu. 😄
LikeLiked by 1 person
haha terimakasih terimakasih.
LikeLike
Duh … maaf ya mas Haidar, saya termasuk yang mengira anda perempuan dan memanggil mbak beberapa kali.
tentang suka …. saya juga hampir selalu nekan suka jika memang suka karena telah membaca merasa suka/tertarik dengan tulisannya/topiknya, tapi kadang saya bingung mau komentar apa, akhirnya saya tak jadi komentar, apalagi jika masalah yang ditulis tdk saya pahami benar he he
LikeLiked by 1 person
Ndak apa2, Bu. Lama2 saya menikmati kok dipanggil mbak. sensasinya beda, he he. Komentar memang tak perlu dipaksakan, biarkan mengalir begitu saja
LikeLike
Iya betul
LikeLike
Mencerahkan. Karena suka di wordpress terkandang juga dilakukan atas motivasi ingin dapat suka balik heheh. Btw haidar pernah ke rumah mas liudin? Atau shiq4
LikeLiked by 1 person
Ya, gpp mas, lagipula wordpress sendiri ga nyuruh setiap kali nekan like harus karena bener2 suka. Jadi apapun motivasinya selama tidak dilarang gpp, IMO.
Tahu kalau mas shiq4 itu ternyata tetangga desa baru kemarin2 saja, pas berita beliau meninggal tersebar, jadinya ya belum pernah
LikeLike
Sayang sekali mas. But never mind. Cerita hidup akan terus bergulir mengikuti takdirnya.
LikeLike
1. Kalau saya, dari awal sudah tau kamu laki-laki.
2. Cerita tentang ‘dia’nya sedikit sekali, jadi ini bukan tentang gadis yang kamu suka.. dong?
LikeLiked by 1 person
1. Nice info, Gan
2. Kan memang sudah ganti topik tadi
LikeLike
Hmm iya juga. Sampe baca ulang. Yasudah deh .-.
LikeLike
Kayaknya karena ada sari nya sih jadi disangka perempuan. Hheee
Saya juga lebih suka banyaknya komentar sih daripada jumlah suka.
LikeLiked by 1 person
iya, mas. padahal nama depannyancowok bgt
LikeLike
Ada tiga jenis notif “suka” kalo nggak salah dari setting Reader: posting, komentar posting sendiri, komentar posting di tempat lain. Saya sering gonta/i setting karena emang notif itu “distraction”, tapi sekarang di nyalain semua lagi, tapi pop-up notif nya yang di ilangin 😂
LikeLike
iya, mas. Preferensi pribadi sih itu sebenernya. Tidak ada yang bener dan salah. Adanya cuma suka dan tidak suka. Bebas …
LikeLiked by 1 person
Saya selalu membiasakan punya asumsi bahwa semua penulis adalah laki-laki sampai terbukti sebaliknya. Tentu saja tidak pakai awalan mas dan mbak dulu. Suka yang genuine menurut saya bagus sekali. Jadi penulisnya bisa menilai tulisan sendiri.
LikeLiked by 1 person
oh, gitu ya, mbak. eh, mas. eh ini mbak apa mas?
LikeLike
Iyaaaa saya juga lebih suka perhatiin komen daripada tombol like. Ga di-like ga masalah, asalkan dikomen, karena dengan komen kan bisa ada diskusiii
LikeLiked by 1 person
tapi kalau di-like suka kannnn?
LikeLike
Saya termasuk yang tertipu 😑 kirain perempuan. Dari nama dan gaya tulisan. Jarang loh laki-laki jago story telling menulisnya
LikeLiked by 1 person
Saya punya teman yang tulisannya jauh lebih lembut, padahal laki-laki
LikeLike
Ada link blognya?
LikeLike
Dia tulisan-tulisan lembutnya ada di facebook atau kalau dulu di broadcast whatsapp.
LikeLike