Mulai kerja di kantor baru, perjalanan-perjalanan dinas dan bulan Ramadhan yang datang beruntun bersamaan sukses membuat saya lupa kalau saya punya blog. Hahaha…. Sok sibuk.
Jadi begini ceritanya: Setelah baru seminggu di kantor baru, saya dapat tugas dinas ke Jakarta. Disampaikan secara mendadak dan durasinya cuma satu hari saja. Jadilah saya berangkat ke sana bersama pak bos.
Selama perjalanan dinas itu, smartphone saya gagal berfungsi. Zenfone Go yang menemani selama 3 tahun belakangan ini tidak berkutik. Tidak bisa digunakan browsing, tidak bisa pesan grab, buka google maps pun loading terus. Sedangkan untuk transfer data dalam jumlah kecil, seperti chat whatsaapp, masih bisa.
Entah kenapa…
Sebelum bekerja di tempat yang sekarang ini, saya bekerja secara remote. Istilah kerennya Home Office. Semua koneksi dan transfer dokumen saya handle langsung dari komputer dan dari wifi di rumah, tanpa lewat hp. Sedangkan di kantor yang sekarang, kerjaannya cukup dinamis. Cukup sering keluar kantor. Sehingga saya tak bisa terus-terusan pakai komputer & wifi, harus pakai hp dan mobile data.
Di sinilah saya putuskan, “Sudah saatnya ganti hp.”
Mau beli smartphone yang bagaimana?
Pilihan smartphone ada banyak sekali sekarang. Mulai yang canggih sampai yang abal-abal. Mulai yang mahal banget sampai yang terlalu murah. Semua ada.
Buat saya, smartphone yang keren bukanlah smartphone yang paling canggih, bukan juga yang paling mahal atau paling baru. Smartphone yang keren adalah yang tepat guna, yang fiturnya 100% relevan dan digunakan oleh si empunya.
Norak sekali rasanya kalau punya smartphone mahal tapi hanya digunakan untuk browsing, sosmed, selfie dan chatting. Sementara fitur-fitur lainnya yang canggih yang powerful yang membuatnya jadi mahal malah dibiarkan menganggur, tidak dipake karena memang tidak dibutuhkan. Bagaikan seorang Doktor yang dibayar mahal untuk kerja jadi cleaning service. Paham maksud saya? Paham dong.
Berangkat dari situ, saya mulai cari smartphone yang sesuai dengan kebutuhan saya. Hasilnya adalah, smartphone yang saya butuhkan ini ternyata tidak mahal. Smartphone kelas mid-end sudah sangat mencukupi. Masih setia dengan ASUS, saya akhirnya pilih Zenfone Max M2 untuk dibawa pulang. (Sudah kayak endorse aja haha). Dengan harga paling murah ada di kisaran 1,9jt saja, si max m2 ini sudah sangat cukup buat saya.
Karena ga suka selfie maka saya ga butuh kamera & layar yang kelewat bagus. Saya ga main game dan sosmed, jadi RAM 3gb sudah sangat cukup.
Memori penyimpanan juga tak perlu yang terlalu besar, soalnya dokumen2 sering saya pindahkan ke komputer & ke google drive, praktis memori smartphone cuma jadi tempat transit saja.
4G is a must. HP saya sebelumnya hanya support 3G dan 3G dulu lumayan ngebut, tapi sejak ada 4G jadi semakin lambat dan sering ngadat.
Saya ingin cari baterai yang gede, baterai si max m2 ini bisa tahan 2 sampai 3 hari di tangan saya. Bagus.
Stock Android! Si max m2 ini pakai stock android, alias android yang murni tidak dimodif aneh-aneh, tidak pakai launcher aneh-aneh. Terasa ringan, sederhana dan elegan khas google. Dan saya suka. Simple yet proper.
Jadi itu beberapa alasan saya meminang smartphone ini.
Aksesorisnya bagaimana?
Untuk menghormati desainer yang mendesan smartphone ini, saya tidak memasang casing sama sekali. Mereka, para desainer, sudah mendesain susah payah agar smartphone ini terlihat bagus dan enak digunakan. Kalau saya pasang casing, desain mereka jadi ketutupan dan ga seberapa berguna. The best experience menggunakan suatu smartphone cuma bisa dirasakan kalau kita biarkan smartphone itu apa adanya, tanpa ditutup-tutupi casing pelindung. Untuk melindunginya, saya pakai tas smartphone kecil alias smartphone pouch. Jadi kalau tidak dipakai, tinggal masukkan saja di pouch itu, aman deh. Masuk tas juga aman.
Meskipun sudah pakai corning gorilla glass saya tetep pasang screen protector di layarnya, buat jaga-jaga saja. Toh tidak ada ruginya, tidak ada drawback apapun.
Saya juga putuskan kalau saya tidak akan menginstall apps yang bisa membunuh waktu di smartphone ini. Jangan harap bisa menemukan fb, instagram, twitter, game, maupun youtube di dalam smartphone saya. Tidak ada. Apps marketplace juga tidak ada. Aplikasi chatting juga cuma ada whatsapp.


Noh, isinya cuma itu saja. Saya sebenernya sempet tergoda untuk menginstall quora, tapi kemudian saya hapus karena app quora bisa membunuh waktu.
Apps yang bisa membuat kita browsing mindlessly itulah yang saya sebut sebagai apps pembunuh waktu a.k.a time killer apps. Semua apps yang membuat kita scroll dan membuka dia terus-terusan tanpa tujuan, nah itulah time killer apps.
Saya agak reluctant juga menginstall wordpress sebenarnya, fitur readernya cukup tempting untuk scroll terus. Tapi karena pengguna wordpress termasuk jarang update, maka masih saya anggap aman.
Sejauh ini, smartphone baru ini sangat berguna. Semua koneksi lancar dan cepat. Saya juga sangat terbantu dengan apps yang berfungsi sebagai note & journal, karena banyak kerjaan yang harus direncanakan dan dicatat agar tidak lupa. Dokumen-dokumen yang dikirim lewat whatsapp juga bisa langsung saya review tanpa harus transfer ke komputer.
Cuma saya masih sering typo karena belum terbiasa dengan ukuran keyboardnya. Btw, tulisan ini ditulis melalui si max m2. Hahaha, tolong maklumi kalau banyak typo.
Kalau anda bagaimana? Apakah smartphone anda menunjang produktivitas ataukah malah menghancurkannya?
Like this:
Like Loading...