CCTV Dalam Rumah

Perhatikanlah gambar rumah di bawah! Anda melihat sesuatu yang aneh?

DSPB7426

Ada yang aneh? Tidak? Ok. Saya juga tidak melihat ada yang aneh di gambar rumah itu. Rumah itu besar, bayangkan anda hidup dalam rumah itu bersama orangtua, bapak dan ibu.

Anda hidup bersama bapak dan ibu dalam rumah yang besar itu. Interior rumahnya sangat nyaman, dengan berbagai perabot yang didesain apik membuat semua yang tinggal di dalmnya betah. Tidak ingin pergi ke luar. Jadi anda menghabiskan hari-hari di dalam rumah. Apalagi di dalam rumah tersedia wifi dengan kecepatan tinggi yang bisa diakses dari kamar manapun. Lengkaplah sudah.

Karena rumah itu besar, orang tua anda memasang kamera CCTV. Di bagian luar dipasang CCTV, di bagian dalam juga dipasang CCTV. Orangtua anda yang mengurus semuanya, anda hanya terima jadi. Jadi mereka kemudian memberitahu bahwa di luar dan di dalam rumah sudah dipasang CCTV, anda tidak tahu persis di mana saja kamera itu berada, anda hanya tahu bahwa ada kamera yang mengawasi dalam dan luar rumah.

Suatu hari, anda berada dalam ruangan di lantai bawah sendirian. Browsing menggunakan laptop. Orangtua dan saudara lainnya ada di lantai atas, entah sedang apa. Karena rumah itu sangat luas, masing-masing anggota keluarga jadi memiliki privat space yang lumayan luas, masing-masing bisa beraktifitas sendiri tanpa saling ganggu.

Mulailah anda berbuat nakal. Menggunakan laptop itu untuk membuka situs-situs porno. Anda tahu kalau ada CCTV terpasang, tapi karena sudah terlanjur terbakar nafsu jadinya nekat saja. Anda kemudian bebas diam-diam mengakses situs-situs porno itu, melakukan ini dan itu tanpa ada seorangpun yang mengganggu.

Hingga suatu hari …

Bapak berteriak memanggil dengan suara keras dari atas, anda kaget. Anda tidak tahu ada perlu apa beliau memanggil keras seperti itu. Anda kemudian naik ke lantai atas dengan sangat takut, takut kalau ternyata aktifitas diam-diam itu tertangkap kamera CCTV dan diketahui oleh orangtua. Bapak pasti marah besar. Ibu juga pasti marah. Gawat…

Anda berjalan naik tangga dengan perasaan hati ketakutan dan tidak keruan.

HHmm..

Sekarang kita ganti skenarionya.

Anda bukanlah orang yang kecanduan pornografi. Akses internet di dalam rumah tak pernah anda gunakan untuk sesuatu yang buruk. Malah anda gunakan untuk belajar dan menyimak pengajian serta opencourse dari MIT. Alhasil, nilai pelajaran anda meningkat pesat, anda juga jadi jago membaca kitab gundul, dan lain-lain. Anda juga selama ini rajin bersih-bersih rumah. Anda tak pernah lapor kegiatan itu pada orang tua, tapi anda tahu orangtua anda bisa saja tahu lewat kamera CCTV.

Suatu hari,

bapak berteriak memanggil dengan suara keras dari lantai atas. Anda tidak tahu ada perlu apa beliau memanggil. Tapi anda segera menemuinya dengan semangat, karena jangan-jangan bapak akan memberi hadiah gara-gara kemarin anda berhasil dapat juara satu di sekolah atau gara-gara senang melihat rumah yang selalu bersih. Atau jangan-jangan bapak tahu bahwa naskah terjemahan kitab anda berhasil dimuat di sebuah majalah.

Anda berjalan naik tangga dengan gembira dan penuh harap.


Dalam dua skenario yang berbeda, anda menaiki tangga dengan perasaan hati yang sangat berbeda. Padahal menghadapi satu kejadian yang sama, sama-sama menuju ke bapak yang memanggil keras, sama-sama tidak tahu mengapakah beliau memanggil.

Satu penuh dengan prasangka buruk, satu lagi penuh dengan husnudzhon alias prasangka baik.

Orang yang banyak bermaksiat sulit untuk berprasangka baik terhadap takdir, dalam alam bawah sadarnya ia sudah yakin bahwa akan ada azab datang padanya. Maka ia pun seringkali merasa takut.

Kebalikannya, orang yang selalu dalam ketaatan akan mampu berhusnudzhon atas segala yang terjadi. Ia menjadi orang yang kuat dan optimis dalam menjalani kehidupan. Ia optimis terhadap pertolongan Rabb-nya saat keadaan sulit.

Cobalah aplikasikan teori ini dalam dunia nyata, anda akan rasakan bedanya. Rasakan api optimis yang menyala membara saat anda berada dalam ketaatan.

Advertisement

Pondasi Berlian

Bagian terpenting dari sebuah bangunan adalah pondasi. Tanpa pondasi, sebuah bangunan tak akan mampu berdiri tegak. Semua bangunan membutuhkan pondasi, pondasi yang bagus yang kuat.

Semakin berat beban yang ditanggung oleh sang bangunan maka dibutuhkan pondasi yang semakin kuat. Untuk membentuk pondasi yang kuat tentu saja dibutuhkan batu-batu yang kuat.

Dan batu terkuat yang ada di muka bumi ini adalah berlian.

Pertanyaannya, relakah para berlian turun ke bawah untuk menjadi pondasi? Menjadi pondasi adalah sebuah tugas mulia karena ia memastikan bahwa sang bangunan tetap berdiri kokoh seberat apapun beban yang ia tanggung.

Menjadi pondasi berarti para berlian harus meninggalkan etalase-etalase kaca mereka yang mewah, kemudian mereka harus turun ke bawah mendedikasikan diri untuk menanggung beban yang sangat berat.

Menjadi pondasi juga berarti tidak akan ada lagi orang yang akan memuji kilauan mereka yang indah. Sebuah tugas mulia yang sangat berat tapi tanpa apresiasi dan pujian …

Maka aku bertanya pada kalian para berlian yang membaca tulisan ini,

“Relakah kalian mengemban tugas mulia ini?”

rect4485

Ataukah kalian lebih memilih hidup dalam etalase kaca dan menempel di jemari orang-orang kaya?”

Surga & Luarnya

Dia tahu bahwa ada surga di dunia ini. Dan dia sangat yakin itu. Mengapa sangat yakin? Simple, karena dia pernah menghabiskan beberapa tahun hidupnya di tengah surga itu.

Keadaan kini sedikit berbeda, dia tak lagi berada di surga itu. Meskipun begitu, memori-memorinya masih berbekas dan sangat jelas ada dalam pikirannya.

Satu yang dia sadari, selepas merasakan menapak di surga, dunia tak lagi menarik hatinya. Feed explore instagram penuh dengan foto-foto manusia yang pamer perjalanan liburan mereka tak membuatnya iri dan ingin. Dirinya juga tak bernafsu membaca traveller blog yang dihiasi foto-foto indah tempat wisata, sekaligus juga ia takpaham mengapa blog itu banjir komentar sarat kata-kata takjub dengan perjalanan sang blogger.

Dia sama sekali tak paham. Baginya tidak ada tempat seindah surga yang pernah dipijaknya dulu. Dan tak ada tempat lain yang ingin dikunjungi selain surga itu.

Dan dia tahu bahwa meskipun seindah itu surga dunia, – surga yang sebenarnya akan berkali-kali lipat lebih indah.

Ah, Ia ingin ke sana. Sangat.